Saat akhirnya kantuk menaklukkannya sepenuhnya, tubuhnya meresap ke dalam hangatnya tidur. Pikirannya jatuh bebas tanpa sempat menahan apa pun. Dunia nyata memudar perlahan—dingin, angin, suara gesek tenda—semua hilang dalam sunyi yang lembut.
Lalu mimpi datang, bukan sebagai cerita utuh, tapi sebagai kilatan-kilatan aneh yang sama sekali tidak berhubungan dengan hidupnya.
Ia mendapati dirinya berjalan di atas jembatan yang terbuat dari cahaya, setiap langkah menghasilkan bunyi seperti gelembung sabun pecah. Di bawahnya, bukan air, melainkan hamparan awan berwarna ungu yang terus bergerak.
Tiba-tiba ia berada di pasar tanpa langit—atapnya kosong, hanya kegelapan yang berputar perlahan. Pedagang-pedagang menjual benda-benda mustahil: jam yang berputar mundur sambil tertawa kecil, kucing yang berbicara dengan suara nenek-nenek, dan botol kaca berisi potongan kenangan yang hilang.
Belum sempat ia memahami apa pun, mimpi itu berubah lagi. Kini ia meluncur di atas sungai yang terbuat dari tinta biru pekat, duduk di atas daun raksasa yang berputar seperti komidi putar. Tinta itu memantulkan wajahnya—atau sesuatu yang mirip dirinya, tapi tersenyum lebih lebar, lebih bebas, seperti seseorang yang tidak pernah merasakan cemas seumur hidup.
Ia merasa bingung, tapi dalam kebingungan itu ada keasyikan yang sulit dijelaskan. Aneh, tapi menyenangkan. Seolah mimpinya sedang bermain-main dengannya, mengajak berlari tanpa tujuan, berpindah dari satu dunia ke dunia lain tanpa aturan. Melampiaskan segala kebutuhan emosi yang tidak ia dapatkan selama tersadar.
Lalu ia terdampar di sebuah ruangan luas yang hanya dihuni satu kursi. Di atas kursi itu duduk seekor burung kecil dengan sayap transparan, berdebar-debar seperti kaca tipis. Burung itu menatapnya lama, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi suara angin tiba-tiba menyelinap ke dalam mimpi, membuat semuanya bergetar dan memudar.
Sebelum semuanya hilang, ia sempat bertanya pada dirinya sendiri: Apakah semua ini punya arti?
Namun mimpi tak memberi jawaban. Mimpi hanya bergerak ke arah lain lagi—liar, abstrak, dan tak mau ia kendalikan.
Dan di tengah kekacauan itu, ia tertawa dalam hatinya. Entah kenapa, semua hal yang tak berhubungan, tak masuk akal, dan membingungkan ini terasa seperti jeda yang ia butuhkan. Sebuah kelana yang tak perlu dimengerti untuk bisa dinikmati.
Di dalam tidurnya yang paling dalam, ia dibiarkan tersesat dengan cara yang paling damai.
Sebelum ia makin tenggelam dalam mimpinya
Mungkin ia ingin terbangun dari tidurnya.
🏕️ Bangun dari tidur-
Yet another hammer factories
Reproducing beautiful article from Dan Stroot with complementary credit to Benji Smith as the original creator.
-
Creating my first game
I found out that GitHub is holding annual game jam called Game Off, where people try to create a game on the month of November for a certain predetermined theme.
-
Sending JSON payload with LoRa is trickier than I thought
Recently I’m helping a friend’s project about device intercommunication on a two Raspberry Pi with embedded SX1262 868M LoRa HAT.
-
Monitor's sudden death and its second life
I would say this monitor is the best investment I did on 2022.
-
Creating hassle-free and markdown-based blog with Jekyll
I’ve heard Jekyll for a really long time but ended up never tried it, until now!
-
Automating super boring daily attendance checking on my corporate job
So I’m a freshgrad now and I landed a paid internship on a governmental-corporate job that has super formal culture.
-
Managing kubernetes with kubectl and helm
At some point of my past project, I’ve faced with two options when managing add-on on my kubernetes cluster: should I use
helm, or should I stick withkubectlapplying manual manifest? -
Django
Why you might want to use django?
-
Declarative vs Imperative programming
Imperative programming is when you tell computer to do exact thing step by step. The computer won’t use their own specified/trained logic, and directly trust with your command that are given as lines of code.
-
Why is it called a Cookie?
As an undergraduate student in CS, I’ve always had this question: Why that particular thing on my browser is called a Cookie? 🍪
Bangun karena hangatnya malam telah usai, atau rasa gundah yang menendang balik kesadaran. Dua-duanya sama-sama mengingatkan bahwa jatah hidup di dunianya belum usai.
Tiba waktunya kembali menyapa dunia yang lebih rendah dari bangkai ini.
Tuhan, kuatkan diriku ...
🔥 Kembali melihat api unggun